Thursday, August 13, 2020
Tuesday, June 2, 2020
Konsep Budaya Organisasi
Konsep Budaya Organisasi
Edgar H. Schein (1992:16) dalam karyanya
“Organizational Culture and Leadership” yang banyak menjadi referensi penulisan
mengenai budaya organisasi, mendefinisikan dengan lebih luas bahwa budaya adalah:
“A pattern of share basic assumption that the group learner as it solved its
problems of external adaptation and internal integration, that has worked well
enough to be considered valid and therefore, to be taught to new members as the
correct way to perceive, think and feel in relation to these problems”.
Pendapat tersebut diartikan bahwa kebudayaan adalah “ suatu pola asumsi dasar
yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal
yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan kepada
angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan
merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut”.
Menurut Edgar H. Schein,
budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggotanya untuk membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain.
Schein menjelaskan unsur-unsur budaya, yaitu: ilmu pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat-istiadat, perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat,
asumsi dasar, sistem nilai, pembelajaran/pewarisan, dan masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal. Selanjutnya Edgar H. Schein menyatakan bahwa
budaya terdiri dari 3 (tiga) lapisan atau tingkatan, yaitu:
a.
Artefacts,
tingkat pertama/atas dimana kegiatan atau bentuk organisasi terlihat seperti
struktur organisasi maupun proses, lingkungan fisik organisasi dan produkproduk
yang dihasilkan.
b.
Espoused
Values, tingkat kedua adalah nilai-nilai yang didukung, terdiri dari strategi,
tujuan, dan filosofi organisasi. Tingkat ini mempunyai arti penting dalam kepemimpinan,
nilai-nilai ini harus ditanamkan pada tiap-tiap anggota organisasi.
c.
Underlying
Assumption, asumsi yang mendasari, yaitu suatu keyakinan yang dianggap sudah
harus ada dalam diri tiap-tiap anggota mengenai organisasi yang meliputi aspek
keyakinan, pemikiran dan keterikatan perasaan terhadap organisasi.
Schein melihat budaya
organisasi dari 3 (tiga) variable dimensi budaya organisasi, yaitu dimensi
adaptasi eksternal (external adaptation tasks), dimensi integrasi internal
(internal intergration tasks) dan dimensi asumsi-asumsi dasar (basic underlying
assumtions),lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
a.
Dimensi
Adaptasi Eksternal (External Adaptation Tasks)
Sesuai teori Edgar H. Schein, maka untuk mengetahui
variable Dimensi Adaptasi Eksternal, indikator-indikator yang akan diteliti
lebih lanjut meliputi: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan
strategi cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada
profit, misi merupakan upaya adaptasi terhadap kepentingan-kepentingan investor
dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk produksinya,
manager, karyawan, masyarakat, pemerintah dan konsumen.
b.
Dimensi
Integrasi Internal (Internal Intergration Tasks)
Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang
akan diteliti, yaitu: bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan
status/ kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana mengatur
yang sulit diatur.
c.
Dimensi
Asumsi-Asumsi Dasar (Basic Underlying Assumtions)
Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable
dimensi asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan
manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat kebenaran
manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus heterogenitas
A. Pengertian
Budaya Organisasi
Konsep
budaya organisasi masih tergolong baru. Konsep ini diadopsi oleh pada teoritis
dari disiplin antropologi, oleh karena itu keragaman pengertian budaya pada
disiplin antropologi juga akan berpengaruh terhadap keragaman pengertian budaya
pada disiplin organisasi. Konsep budaya organisasi mendapat perhatian luar
biasa pada tahun 1980-1990 ketika para sarjana mengeksplorasi bagaimana dan
mengapa perusahaan Amerika gagal bersaing dengan perusahaan Jepang.
Pengertian budaya organisasi menurut Robbins (1998; 248) adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi (a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key characteristics that the organization values). Robbins memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
1. Inovation and risk taking, (Inovasi dan keberanian mengambil risiko), yaitu organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan.
2. Attention to detail (Perhatian terhadap detil), adalah organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian.
3. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), yaitu manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
4. People orientation (Berorientasi kepada manusia), yaitu keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi.
5. Team orientation (Berorientasi tim), yaitu kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individuindividu untuk mendukung kerjasama.
6. Aggressiveness (Agresifitas), yaitu orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya.
7. Stability (Stabilitas), yaitu kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan
Stoner
(1995) budaya organisasi sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap,
nilai-nilai, norma prilaku dan harapan-harapan yang disumbangkan oleh
anggotaorganisasi. Davis (1984) Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan
nilai-nilai organisasi yang difahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasi sehingga
pola tersebut memberikan artitersendiri dan menjadi dasar aturan berprilaku dalam
organisasi.
Monde dan
Noe (1996) Budaya organisasi adalah sistem dari shared value, keyakinan dan
kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan
struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku. Budaya organisasi
juga mencakup nilai-nilai dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku
organisasi dan menentukan arah organisasi secara keseluruhan.
Peter F.
Drucker menyatakan Budaya Organisasi adalah oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada angota-anggota baru pokok penyelesaian masalah-masalah
ekternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten sebagai
cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah terkait sepeti di atas.
B. Fungsi
Budaya Organisasi
Ada
beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, menurut Robbins (1996,
h.294) membagi lima fungsi budaya organisasi sebagai berikut:
1.
Berperan
menetapkan batasan.
2.
Mengantarkan
suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.
3.
Memudahkan
timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang.
4.
Meningkatkan
stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi.
5.
Sebagai
mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku para karyawan.
C. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Budaya Organisasi
Robert P.
Vecchio (1995:620), mengemukakan pendapatnya bahwa ada empat faktor yang
berpengaruh pada asal mula sumber budaya organisasi, yaitu:
1.
Keyakinan
dan nilai-nilai pendiri organisasi dapat menjadi pengaruh kuat pada penciptaan
budaya organisasi. Selama kedudukan, keyakinan dan nilai-nilai dapat ditanamkan
dalam kebijakan, program, dan pernyataan informal organisasi yang dihidupkan
terus-menerus oleh anggota organisasi selanjutnya.
2.
Norma
social organisasi juga dapat memainkan peran dalam menentukan budaya organisasi.
Budaya masyarakat sekitarnya memengaruhi budaya organisasi yang ada di dalamnya.
3.
Masalah
adaptasi eksternal dan sikap terhadap kelangsungan hidup merupakan tantangan
bagi organisasi yang harus dihadapi anggotanya melalui penciptaan budaya
organisasi.
4.
Masalah
integrasi internal dapat mengarahkan pada pembentukan budaya organisasi.
Sedangkan
Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003: 5212) memberi perhatian pada tiga
hal yang dapat menciptakan budaya organisasi, yaitu:
1.
Company
founder (pendiri perusahaan)
Budaya oragnisasi dapat dilacak, paling tidak sebagian, pada pendiri
perusahaan.Individu ini sering mempunyai kepribadian yang dinamis, strong
values, dan visi yang jelas tentang bagaimana organisasi harus bekerja, Karena
dia memainkan peran penting dalam menerima staf pada awalnya, maka sikap dan
nilai-nilai siap disampaikan pada pekerja baru. Sebagai hasilnya, pandangan
mereka diterima orang dalam organisasi dan tepat seperti diinginkan selama
pendiri masih berperan.
2.
Experience
with the environment (pengalaman dengan lingkungan)
Budaya organisasi sering berkembang diluar pengalaman organisasi dengan lingkungan
eksternal. Setiap organisasi harus menmukan celah bagi dirinya dalam industry
dan di pasar.
3.
Contact
with others (hubungan dengan orang lain)
Budaya
organisasi juga berkembang di luar kontak antara kelompok individu dalam
organisasi yang dating berbagi interpretasi kejadian dan tindakan dalam organisasi.
Daftar Pustaka
1)
Davis,
Keith dan John W. Newstroom, 1996. Perilaku Dalam Organisasi, Jilid 1 dan 2, Penerjemah
Agus Dharma, Jakarta: Erlangga,
2)
Robbins,
Stephen P., 1998. Organization Behavior, Concepts, Controvercies,
Application, seventh edition, Englewood Cliffs
3)
Schein,
Edgar H., 1992. Organizational Culture and Leadership: A Dynamic View, 2nd
Edition, San Fransisco, Josney-Bass Publisher
4)
Vecchio,
Robert P. 1995. Oranizational Behavior. New York: The Dryden Press.