Wednesday, April 29, 2020
4 VISI PEMBELAJARAN DAN 4 PILAR PENDIDIKAN
BEGINI KUALITAS AIR HUJAN YANG BAIK
Sumber : pixabay.com |
Air
merupakan elemen kehidupan yang utama di setiap kegiatan makhluk hidup. Hampir
semua kegiatan membutuhkan air, terutama kebutuhan rumah tangga seperti minum,
mandi, bersih-bersih, mencuci pakaian, hingga menyiram tanaman. Sayang,
pemanasan global dan kemarau panjang membuat sejumlah daerah kekurangan air.
Daripada menggunakan air berbayar sepenuhnya, mengapa tidak menampung air hujan
dan memanfaatkannya untuk kebutuhan rumah tangga?
Tuesday, April 28, 2020
AIR HUJAN TIDAK SELALU BERSIH
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Proses kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk tetes air. Pada waktu terbentuk uap air terjadi proses transformasi (pengangkutan uap air oleh angin menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah.
Menurut
Waluyo (2005) dan Lee at al. (2010), ketika proses transformasi tersebut uap
air tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen (O2), nitrogen (N), karbondioksida
(CO2), debu, dan senyawa lain. Karena itulah air hujan juga mengandung debu,
bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara, sehingga kualitas
air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
ASPEK-ASPEK YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMPERTIMBANGKAN PELUANG USAHA
Memanfaatkan
peluang usaha mana yang akan dijalankan sebaiknya harus memepertimbangkan
beberapa aspek usaha baik internal maupun eksternal, apalagi usaha yang dipilih
akan dijalankan dalam waktu yang lama atau jangka panjang. Maka dari awal,
sebaiknya pertimbangkan dengan matang agar usaha yang dijalankan tidak
mengalami kerugian.
KAJIAN KOMPREHENSHIF RESIKO BISNIS
Latar Belakang
Memulai suatu bisnis atau usaha membutuhkan
keberanian, tekad, dan manajemen serta strategi bisnis yang baik. Namun jika
Anda telah melakukan semua itu, bukan berarti jaminan bahwa Anda akan terhindar
dari resiko usaha.
Dalam perkembangan dan perjalanan bisnis, pasti menghadapi kendala dan kesulitan, baik yang kecil maupun kendala yang besar. Kendala tersebut biasa kita kenal sebagai resiko usaha. Selain mendapatkan keuntungan dalam berbisnis, memiliki usaha berarti siap untuk menerima juga resiko usaha. Bahkan, bagi suatu usaha yang telah sukses sekalipun, bukan tidak mungkin menghadapi kendala yang bernama resiko usaha. Resiko usaha memang tidak bisa dipisahkan serta menjadi kesatuan dari bagian dari suatu bisnis atau usaha. Ketika memiliki suatu usaha, kerap kali resiko yang muncul tidak hanya disebabkan oleh faktor individu atau karyawan, namun bisa juga terjadi karena faktor manajemen, strategi, dan sistem perusahaan yang kurang baik.
Berbicara mengenai resiko usaha ada beberapa tokoh terkenal yang memiliki quote-quote yang dapat memberikan kita pemahaman yang lebih luas mengenai resiko usaha. Contohnya quote :
“Life is inherently risky. There is only one big risk you should avoid
at all costs, and that is the risk of doing nothing - Denis Waitley” yang
artinya adalah hidup berkaitan erat dengan resiko, namun satu resiko besar yang
harus dihindari adalah resiko tidak melakukan apa-apa.
“Do the
one thing you think you cannot do. Fail at it. Try again. Do better the second
time. The only people who never tumble are those who never mount the high wire.
This is your moment. Own it - Oprah Winfrey” yang artinya adalah Anda harus
melakukan hal yang Anda pikir tidak dapat untuk dilakukan, namun ketika Anda
gagal ketika mencobanya, maka Anda harus terus untuk mencobanya lagi. Anda
harus melakukan yang lebih baik daripada percobaan yang pertama. Satu-satunya
orang yang tidak pernah jatuh adalah mereka yang mengalami peningkatan pada
saat menghadapi resiko. Manfaatkanlah kesempatan Anda ini.
Kajian Teori
Pengertian
Resiko (Risk)
Resiko adalah sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu tindakan atau kegiatan.
Risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian di masa depan. Beberapa definisi tentang risiko, sebagai berikut:
1. Risk is the
change of loss, risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya
kerugian,
2. Risk is
Uncertainty, risiko adalah ketidakpastian,
3. Risk is the
dispersion of actual from expected result, risiko
merupakan penyebaran hasil actual dari hasil yang diharapkan,
4. Risk is the
probability of any outcome different from the one expected, risiko adalah
probabilitas atas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan.
Risiko
dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industry keuangan
pada umumnya, terdapat suatu jargon “high
risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang
lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam
investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara
tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun
sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang
akan ditanggung sangat besar.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about future event, adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal:
- Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan.
- Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya.
- Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan
David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Dalam penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi (perluasan usaha atau penggantian aktiva tetap) kita sering mengalami kegagalan setelah proyek tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak memperhitungkan unsur risiko didalamnya. Misalnya risiko aliaran kas (cashflow) dalam faktor diskonto (discount rate) sebagai biaya modal. Apabila aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang tidak ada risiko, berarti kita dapat menentukan dengan tepat, keputusan yang akan diambil. Hal ini karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran kas masuk (cash in flow) maupun aliran kas keluar ( cash out flow) dianggap pasti terjadi dimasa yang akan datang. Namun, jika terjadi penyimpangan yang tidak menguntungkan, maka perusahaan akan kesulitan menyesuaikannya, karena risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum ditentukan oleh perusahaan, lain jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka apabila terjadi penyimpangan perusahaan akan lebih mudah menghitungnya.
Memang antara hasil dan risiko (risk and return) memiliki hubungan linear yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil yang diperoleh. Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil yang diperoleh atau disyaratkan. Risiko terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat mengelola bagaimana agar risiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan. Risiko yang terjadi diperusahaan ada yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat pula risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan.
Risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan ini biasanya karena tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis risiko :
- Risiko individuals. Risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi oleh proyek LAIN.
- Risiko PERUSAHAAN. Risiko yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan keanekaragaman yang dihadapi atau portofolio yang dilakukan oleh investor.
- Risiko pasar (market risk). Risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan-perusahaan lain.
Risiko investasi
dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return
dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan
investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik
mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus
diterapkan untuk tetap memperoleh return.
Pengertian Return
Return
atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook,
return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.
Beberapa
pengertian return yang lain :
§ Return
on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi
ekuitas pemegang saham.
§ Return
of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena
pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang diinvestasikan
dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah
pembayaran.
§ Return
on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagI pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan
hubungan antara investasi dan laba.
§ Return
on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan
bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
§ Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi.
§ Return
on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham yang
dapat menentukan imbal hasilnya. dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan kekayaan bersihnya.
§ Return
on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase
penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable yang
sama dari periode sebelumnya.
§ Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang.
§ Total
return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
tertentu.
§ Return realisasi portofolio merupakan
rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas
tunggal di dalam portofolio tersebut.
§ Return
ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Hubungan Karakteristik dengan Risk
and Return
Risk
and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu
periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1. bersifat
linear atau searah
2. Semakin
tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3. Semakin
besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar
pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi
linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
Menurut
Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia
akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual
sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang
menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara
umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut
pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya
mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter
pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2. Hati-hati
pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi
kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3. Suka
pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik
ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi
dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar.
Tipe-tipe Resiko
Terdapat
beberapa jenis tipe resiko, diantaranya :
Menurut
sifatnya :
1.
Pure Risk (Risiko Murni) : suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut
pasti menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe
risiko, yaitu:
a. Risiko
aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung
meletus, dll.
b. Risiko
Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang
menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
c. Risiko
Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya
persoalan seperti penggantian kerugian.
2.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya untung
atau rugi.Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
a. Risiko
Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
b. Risiko
kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang
meningkat.
c. Risiko
likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:
kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat,
menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
d. Risiko
operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak
berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal
termasuk terkena virus.
e. Static
Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari
masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh :
ketidakpastian terjadinya sambaran petir.
f. Dynamic
Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan
teknologi.
g. Subjective
Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang
mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
h. Objective
Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan
sesuai dengan pengalaman
Mengelola Resiko
Dalam
aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko pada
dasarnya ada 4(empat) cara yaitu :
1. Memperkecil
resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung resiko
tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak
menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
2. Mengalihkan
resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut ketempat lain
seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang sifatnya
tidak tentu waktunya.
3. Mengontrol
resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya
resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil, menempatkan
satpam pada siang atau malam hari
4. Pendanaan
resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna mengantispasi
timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar dolar
dipasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki dana cadangan dalam
bentuk dolar.
Teknik penilaian resiko
1. Pengusaha melakukan identifikasi resiko
potensial yang mungkin terjadi pada perusahaan.
2. Menyelenggarakan forum diskusi untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya suatu resiko usaha menjadi nyata.
3. Pengusha mendiskusikan strategi- strategi yang
digunakan untuk mencegah , memperkecil maupun merespon , ketika resiko- resiko
tersebut muncul dalam proses bisnis.
Pengembangan
Usaha
Pengembangan suatu usaha adalah tanggung
jawab dari setiap pengusahaatau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan,
motivasi dan kreativitas (Anoraga, 2007:66). Jika hal ini dapat dilakukan oleh
setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang
semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar. Kegiatan
bisnis dapat dimulai dari merintis usaha (starting), membangunkerjasama ataupun
dengan membeli usaha orang lain atau yang lebih dikenal dengan franchising.
Namun yang perlu diperhatikan adalh kemana arah
bisnistersebut akan dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengembangan
dalammemperluaskan dan mempertahankan bisnis tersebut agar dapat berjalan
dengan baik. Untuk melaksanakan pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan dari
berbagai aspek seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM,teknologi
dan lain-lain.
Tahapan
Pengembangan Usaha
Menurut
Pandji Anoraga (2007:90), ada beberapa tahapan pengembanganusaha antara lain:
Tahap I: Identifikasi Peluang
Perlu
mengidentifikasi peluang dengan didukung data dan informasi.Informasi biasanya
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
1. Rencana
Perusahaan
2. Saran
dan usul manajemen kecil
3. Program
dan pemerintah
4. Hasil
berbagai riset peluang usaha
5. Kadin
atau asosiasi usaha sejenis
Tahap II: Merumuskan alternatif
usaha
Setelah
informasi berkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaanatau manajer usaha
dapat dirumuskan usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka.
Tahap III: Seleksi Altenatif
Alternatif
yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapaalternatif yang terbaik
dan prospektif. Untuk usaha yang prospektif dasar pemilihannya antara lain
dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Ketersediaan
Pasar
2. Resiko
Kegagalan
3. Harga
Tahap IV : Pelaksanaan Alternatif
Terpilih
Setelah
penentuan alternatif maka tahap selanjutnya pelaksanaan usahayang terpilih.
Tahap V : Evaluasi
Evaluasi
dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadapusaha yang dijalankan.
Di samping itu juga diarahkan untuk dapat memberikanmasukan bagi perbaikan
pelaksanaan usaha selanjutnya.
Langkah-langkah Pengembangan usaha
Pemula
Strategi Pengembangan[1]
1. Ide
Bisnis
Mengapa
ide adalah hal utama? Karena dengan ide, Anda selaku wirausahawan akan bisa
membaca dan menerawang bagaimana kelanjutan bisnis yang Anda geluti kedepannya.
Dengan menggunakan ide kreatif yang dimiliki, akan membuat hasil dan kualitas
yang baik juga saat memulai usaha.
2. Rencana
Usaha
Setelah
menentukan ide bisnis, maka tahap selanjutnya yang bisa dilakukan adalah
membuat rencana usaha. Rencana usaha ini meliputi apa saja yang akan dilakukan
sebelum bisnis tersebut resmi Anda luncurkan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengorganisasian.
3. Melakukan
Survei
Langkah
yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan survei atau analisis kondisi
sebenarnya di lapangan. Hal ini wajib untuk dilakukan agar Anda mengetahui
bagaimana kondisi pasar. Pengamatan yang harus dilakukan mencakup pengamatan
terhadap konsumen, lingkungan sekitar, lokasi usaha, target penjualan yang
hendak dicapai, pesaing di sekitar, pemasaran seperti apa yang sebaiknya Anda
lakukan untuk menarik perhatian para konsumen, dan masih banyak lagi. Inti dari
melaksanakan survei adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat terkait hal apa
saja yang nantinya akan menghambat dan memajukan jalannya usaha yang dilakukan.
4. Persiapan
Usaha dengan Matang
Yang
satu ini adalah langkah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya. Persiapan
usaha ini sama halnya seperti saat Anda ingin menikah. Sebelum menikah pastilah
Anda meminta restu dari orang tua, kalau tidak? Bagaimana kelangsungan hubungan
Anda dengan pasangan ke depannya? Jika dalam berusaha, persiapan yang kita
lakukan belum matang, nantinya akan menjadi penghambat dalam kelangsungan
usaha. Kita akan mengalami berbagai kesulitan nantinya, misalnya sulit untuk
memperoleh bahan baku untuk diolah, kesulitan dalam memasarkan produk yang
telah jadi, dan lain sebagainya.
5. Action
Keberhasilan
usaha tidak akan diperoleh tanpa adanya action atau tindakan untuk memulai
usaha. Dengan memulai usaha, maka Anda akan mengetahui apakah usaha yang
dilakukan kelak akan berkembang dan sukses ke depannya atau tidak. Dari adanya
action yang nyata juga akan membantu Anda untuk menemukan kekurangan yang ada
dalam berwirausaha dan apa langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi
kekurangan itu secepatnya. Kepiawaian Anda untuk dapat bersaing dengan
pengusaha lainnya akan diuji saat Anda melakukan action ini. Jika dapat
bersaing, maka Anda sudah dekat dengan gerbang kesuksesan dalam berusaha.
6. Evaluasi
Terus-Menerus (Evaluation)
Sebaiknya
buat jadwal evaluasi secara periodik, misalnya setiap tiga bulan, enam bulan
dan satu tahun.
Evaluasi
tiga bulanan gunanya adalah untuk mengantisipasi kesalahan atau adanya
perubahan harga-harga bahan dasar atau bisa juga untuk mengadakan barang-barang
yang belum tersedia namun banyak dicari pelanggan termasuk evaluasi mitra
kerja. Evaluasi enam bulan lebih kepada perhitungan untung rugi ataukah impas
(break even point) serta menentukan langkah yang akan dilakukan. Sedangkan
evaluasi satu tahun digunakan untuk menentukan langkah apakah bisnis yang ada
lanjut atau tidak.
7. Adakan
Perbaikan (Improvement):
Setelah
data hasil evaluasi didapat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
perbaikan kepada hal-hal yang menjadi catatan evaluasi. Contoh: mencari mitra
baru dalam hal pemasok barang-barang dll termasuk sistem pembayaran yang
dilakukan dengan mitra tersebut. Jika barang-barang jualan Anda dalam jumlah
yang banyak, lakukan perbaikan pada sistem stock yang Anda lakukan selama ini.
Untuk modal perlu mendapat perhatian khusus, apakah perlu penambahan modal lagi
atau tidak dalam pengembangan selanjutnya.
Daftar
Pustaka
1.
Bahan ajar E- Learning. Entrepreneurship
and Inovation Management. Prof. Dr. M.Havidz Aima, MS (2015). Universitas Mercu
Buana, Jakarta
2.
Brealey,
M dan Marcus. 2007. Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Perusahaan. Edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
3.
Eduardus,
Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Resiko. Edisi Pertama. BPFE,
Yogyakarta.
4.
Fahmi,
I. dan Y.L. Hadi. 2009. Teor Porfotopolio dan Analisis Investasi:Teori dan soal
jawab. Alfabeta, Bandung.
5.
Indroes,
Fery N. dan Sugiarto, Managemen Resiko Perbankan, 2006, hal. 7.
TENTANG TEORI-TEORI YANG MEMBEDAKAN SEORANG ENTREPRENEUR DENGAN SEORANG NON-ENTREPRENEUR?
A.
Landasan Teori
Enterpreneur
dan Enterpreneurship
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”.
Sementara entrepreneurship bahasa inggris sendiri didefinisikan sebagai the art or science of innovation and risk-taking for profit in business, atau dapat diartikan sebagai suatu seni atau ilmu tentang inovasi dan pengambilan keputusan untuk meraih keuntungan dalam bisnis.
Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang berjudul "Entrepreneurs are Made Not Born", mendefinisikan bahwa wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre, pre, dan neur. Menurut akar Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur berarti pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang memasuki dunia bisnis-bisnis apa saja tepat pada waktunya untuk membentuk atau mengubah pusat syaraf (nerve center) bisnis tersebut secara substansial.
Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri.
Lantas, usaha merupakan semua aktivitas yang mencari keuntungan dengan mengusahakan kebutuhan barang dan jasa kepada orang lain (Nickles, McHugh, dan McHugh, 1996).
Definisi-definisi lain dari para ahli tentang kewirausahaan adalah menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008): “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Serta Nasrullah Yusuf (2006): “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan- tantangan persaingan.”
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Wirausahawan adalah sosok independen, orang yang mampu berdiri sendiri dan berani membuka kegiatan produktif. Ia tidaklah bergantung pada suatu perusahaan maupun pemerintah, melainkan membangun perusahaannya sendiri.
Seseorang yang memiliki usaha sendiri tidak menggantungkan penghasilan dan kehidupannya kepada orang lain, dari sanalah ia bisa dikatakan mandiri secara finansial. Namun, meski mereka mandiri bukan berarti seorang wirausaha serta-merta mengandalkan dirinya sendiri dalam mengembangkan usahanya. Hal itu disebabkan seorang wirausaha perlu membuka jaringan (networking) dengan orang-orang disekitarnya. Ia perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan banyak orang untuk untuk menjaring pasar dan konsumen. Dengan kata lain, ia menambah relasi/rekanan agar bisnisnya cepat berkembang. Tidak hanya sebagai wadah pemasaran produk, memiliki kenalan yang luas juga akan mempermudah wirausaha untuk mencari tambahan modal, serta lebih cepat mendapatkan informasi terbaru yang bisa digunakan untuk inovasi produknya. Di sisi lain, ketika usahanya bertambah besar, ia tentunya membutuhkan tenaga kerja untuk membantu memenuhi permintaan atas produknya. Dengan kata lain, kemandirian yang dimiliki pengusaha adalah kemandirian atas kepemilikan, pengambilan keputusan dan penghasilan. Dimana atas kemandirian tersebut ia juga akan dibebani dengan tanggung jawab terutama atas keputusan bisnis yang diambilnya. Hal ini tidak lain karena dunia bisnis adalah dunia yang penuh resiko, seringkali besar kecilnya resiko berbanding lurus dengan harapan keuntungan yang diperoleh. Dalam mengambil keputusan wirausaha harus mempertimbangkan banyak aspek, karena tidak hanya dia dan keuangannya yang dipertaruhkan melainkan juga orang-orang yang bekerja padanya.
Seperti yang diutarakan Kao (1989), secara umum posisi wirausahawan adalah menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan yang dibangunnya (venture). Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya dalam memulai suatu. Ia juga berisiko atas keteledoran dan kegagalan usahanya.
Konsep Kewirausahaan
Sedangkan
menurut Josep Schumpeter, Konsep wirausaha
secara lengkap dikemukakan sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada
dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk
organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan
kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.
1.
Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber
daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.
Kewirausahaan
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.
Kewirausahaan
adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.
Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase)
dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto
Prawiro, 1997).
5.
Kewirausahaan
adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu
yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
Kewirausahaan
adalah usaha menciptakan
nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui
cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Unsur Kewirausahaan
Berwirausaha
melibatkan dua unsur pokok yaitu peluang
dan kemampuan menanggapi peluang.
Berdasarkan hal tersebut, maka definisi kewirausahaan adalah tanggapan terhadap
peluang usaha yang terungkap dalam
seperangkat tindakan serta membuahkan
hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997).
Menurut David (1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat- syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi.
B. Analisis
Dalam memulai usaha
dibutuhkan dua faktor penting, yang pertama skill
dan yang kedua adalah mindset entrepreneur. Dari faktor itulah, adanya mindset
entrepreneur sangatlah penting dalam menjalankan bisnis. Sebab dengan mindset
entrepreneur, seseorang akan termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan
inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan.
“Mindset is A fixed mental
attitude or disposition that predetermines a person’s responses to and
interpretations of situations.”
Jika definisi tersebut dikaitkan dengan bidang bisnis, maka tingkah laku atau karakter mental yang dimaksud adalah bagaimana respon dan interpretasi terhadap ide dan kegiatan wiraswasta yang penuh spekulasi dan melibatkan resiko untung-rugi.
Definisi Mindset Enterpreneur adalah kerangka berpikir seseorang yang beorientasikan entrepreneurial, lebih memilih untuk menjalani ketidakpastian daripada menghindarinya, melihat segala sesuatu lebih sederhana daripada orang lain, dan mau belajar yang berresiko (McGrath & MacMillan, 2000: 2). Atau dalam sumber lain, entrepreneurship is a particular type of mindset, a unique way of looking at the world….At the heart of entrepreneurship lies the desire to achieve, the passion to create, the yearning for freedom, the drive for independence, and the embodiment of entrepreneurial visions and dreams through tireless hard work, calculated risk-taking, continuous innovation, and undying perseverance (Ma & Tan, 2006).
Mindset atau cara
berpikir yang dibutuhkan seorang wirausaha sangat bervariasi dan berbeda
pendapat oleh sebagian ahli. Namun penyusun melihat perbedaan ini bukan
diartikan salah satu pendapat salah, hanya saja tergantung masing-masing
individu ia lebih nyaman dan cocok menggunakan mindset seperti apa. Karena inti
dari segala mindset seorang pengusaha berakar dari kegigihan, ketekunan, dan
pantang menyerah.
Menurut
McGraith & Mac Millan , ada 7 (tujuh) mindset wirausaha yaitu :
1.
Action Oriented
Wirausaha
bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji
hipotesis, suka menunda-nunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu
saja. Prinsip
yang mereka anut adalah see and do.
Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan
ditaklukkan.
2.
Fokus
pada eksekusi
Melakukan tindakan dan
merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide- ide baru. “Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi,
yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada
menganalisis ide-ide baru sampai mati” (McGraith
dan Mac Millan, 2000, hlm.3).
3. Berpikir simpel
Melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan
masalah satu demi satu secara bertahap.
4. Senantiasa berkreasi, mencari
alternatif dan peluang baru
Bagi mereka meraih keuntungan dengan menjaring pembeli tidak
hanya dapat dilakukan dengan
menjalani bisnis baru
atau
menjual produk berbeda, melainkan juga dapat dilakukan dengan mengembangkan cara-cara
penjualan yang inovatif. Mereka selalu mau belajar hal baru, open-minded dan terbuka terhadap cara-cara baru.
5. Memiliki integritas dalam mengejar
peluang bisnis
Wirausahaan memerlukan pola pikir dimana peluang bukan
hanya dicari, melainkan diciptakan dan dibuka. Karena wirausaha merupakan
tempat investasi dan penuh resiko, maka seorang wirausaha harus memiliki
integritas dan disiplin yang tinggi terhadap apa yang sedang ia kerjakan.
Wirausahawan yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin
pekerjaannya lekas beres dan apa yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Waktu
amatlah berharga bagi mereka karena apa yang menjadi peluang pada suatu waktu,
belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang,
belum tentu akan kembali lagi.
6.
Mengambil
peluang yang terbaik, paling potensial dan menjajikan.
Mereka sangat adaptatif sehingga mampu
melakukan perubahan arah mengikuti peluang yang paling potensial dan terus
mencari cara terbaik untuk mewujudkannya.
7.
Pandai
bersosialisasi dan membangun jaringan.
Cenderung melibatkan orang lain dalam
mewujudkan peluang, baik dari dalam maupun dariu luar organisasi. Mereka
menjaga dan menciptakan relasi hubungan dengan partner daripada bekerja
sendirian.
Mindset
Positif Wirausaha
Seorang entrepreneur
harus mengembangkan mindset positifnya karena dengan
pola
pikir / mindset yang positif , akan memberikan motivasi hidup yang kuat untuk
mencapai sesuatu juga akan membuat pribadi menjadi tidak mudah menyerah, lebih
mensyukuri hidup dan tentu menjadi lebih bahagia. Seorang individu dengan
mindset poitif akan lebih mampu mengembangkan kemampuan di dalam dirinya, da[at
berpikir secara luas dan dalam, serta lebih fokus dalam melakukan segala
kegiatan. Cara berfikir dan sikap seperti ini sangat kondusif bagi datangnya
kreativitas, inovasi, dan lebih mudah membangun semangat serta kegigihan dalam
menjalani usaha. Dunia ini penuh dengan resiko, maka tidaklah mampu seorang
entrepreneur dengan mindset negative mampu mebaca peluang dan mengambil resiko
yang ada. Alasan lain mengapa seorang entrepreneur harus memiliki mindset
positif aalah sebagai berikut ;
1) Mindset
postif merupakan bentuk percaya diri pada kualitas diri yang dimiliki. Yakin
dengan potensi yang dimiliki merupakan modal awal untuk membangun motivasi
dalam hidup.
2) Mindset
positif akan membuat orang menjadi lebih focus dalam mencapai tujuan. Hiarukan
omongan-omongan negatif orang lain karena dengan mendengarkan omongan negatif
dapat melemahkan semangat kita untuk sukses.
3) Mindset
positif adalah kunci sukses yang akan mendorong diri melakukan usaha yang lebih
maksimal untuk meraih sukses.
Ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan dalam mengembangkan mindset postif dalam diri, yaitu :
1. Lihatlah
potensi diri sendiri. Buat daftar potensi yang dimiliki, kemudian kembangkan
semua potensi secara betahap untuk dapat mendukung dalam menciptakan inovasi
baru.
2. Ikuti
pelatihan, seminar atau sharing
bisnis yang bisa membantu mengetahui segala kelebihan dan kekurangan sumber
daya yang bisa dijadikan sebagai prospek bisnis.
3. Belajar
dari kisah sukses para pengusaha yang sudah berhasil mengembangkan bisnisnya
dari nol.
Selain keberadaan mindset positif yang
harus diterapkan oleh entrepreneur, ada juga mindset negative yang menjadi
penghambat dalam pengembangan pengembangan pola pikir entrepreneur sebagai
dasar pengembangan suatu bisnis. Hal yang harus dilakukan adalah menghindari
mindset negatif tersebut.
Pertama, hindarkan pandangan bahwa
mencarti keuntungan dan kekayaan adalah sifat rakus. Karena memang pada
kenyataannya salah satu tujuan dalam membuat sebuah bisnis adalah meraup profit
sebanyak-banyaknya dengan modal sekecilnya-kecilnya (prinsip ekonomi). Hal ini
menjadi mindset negatif karena ada pihak yang mengahalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan sebesar besarnya walaupun dengan cara yang tidak jujur
dan merugikan pihak lain. tetapi hal ini tidak menjadikan bahwa semua
keuntungan dan kekayaan adalah sesuatu yang buruk.
Kedua, hindarkan anggapan bahwa
mengambil, mencuri, korupsi dan merampok dari orang kaya adalah wajar. Mindset
seperti ini tidak akan membawa kesejahteraan bagi komunitas dan negara , malah
akan menciptakan kekacauan sosial.
Ketiga, jangan menuntut pembayaran sebelum memberi pelayanan atau
dari pelayanan yang buruk. Mindset seperti ini tidak akan menciptakan pelanggan
yang setia. Kita harus mampu membangun pemikiran positif, sehingga energi yang
kita miliki dapat digunakan seutuhnya untuk meraih kesuksesan.
Karakter dan Ciri Wirausaha
Indikator
ketercapaian mindset diatas dapat ditunjukkan dengan terbentuknya karakter
wirausaha sebagai berikut:
1. Kreatifitas
Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah
kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas
adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Kreatifitas akan memunculkan
ide dan inovasi-inovasi baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki,
mengevaluasi, serta mengembangkan usaha yang sedang digeluti.
2.
Selalu
Komitmen dalam Pekerjaan
Komitmen membuat seseorang berdisiplin dengan apa yang
dikerjakan, penuh integritas dan tetap bersemangat. Wirausaha yang baik akan
gigih dan ulet menjalani usahanya, tetap bekerja keras dan memiliki tekad yang
bulat untuk meraih kesuksesan. Komitmen akan membuatnya bertahan menghadapi
berbagai masalah, tetap bertahan dalam guncangan, dan tekun menjalani usahanya.
3.
Mandiri
atau Tidak Ketergantungan
Seorang wirausaha pastilah membuka suatu bisnis sesuai
dengan yang ia ingin dan kehendaki. Mulai dari konsep hingga pemasaran, ia-lah
yang bertanggung jawab dan memegang peranan pokok. Ia ada di puncak kepemimpinan
dan pengambil keputusan. Kemandirian ini mutlak dimiliki seorang wirausaha,
terlebih yang merintis usahanya dari bawah. Mereka yang merintis usaha dalam
keadaan mapan dan nyaman pun, cepat lambat harus mempelajari sikap ini agar
mampu menjalankan usaha secara independen.
4.
Berani
Menghadapi Risiko dan Bertanggung Jawab
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Dunia usaha itu sendiri penuh
dengan resiko sejalan dengan peluang yang disuguhkan. Berbeda dengan mereka
yang enggan mengambil resiko dan keluar dari zona nyamannya, wirausahawan
justru harus memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru, membuka
peluang, dan mengambil resiko dalam setiap kegiatan usahanya. Namun pengambilan
resiko yang dilakukan wirausaha juga disertai tanggung jawab, dimana ia sudah
mempertimbangkan baik-buruk dan untung-rugi serta alternatif dari setiap
keputusan, ia juga telah siap menganggung akibat dari keputusannya
5.
Motif
Berprestasi Tinggi
Menurut Gede
Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003: 32) Motif berprestasi ialah suatu
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat
dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibandingkan sebelumnya, atau untuk terus berinovasi untuk menghasilkan produk
yang terbaik.
6.
Memiliki
Jiwa Kepemimpinan
Seorang
wirausaha selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia
selalu ingin tampil berbeda, Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya lebih
cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar.
7.
Memiliki
Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang
wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya,
seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan
usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol
usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya.
Selanjutnya
dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil
memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
·
Dream
Seorang
wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan
bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan impiannya tersebut.
·
Decisiveness
Seorang
wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan
secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia mengambil
keputusan adalah merupakan faktor kunci (key factor) dalan kesuksesan
bisnisnya.
·
Doers
Begitu
seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya.
Mereka melak-sanakan kegiatannya secepat mungkin yang dia sanggup artinya
seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat di-manfaatkan.
·
Determination
Seorang
wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung
jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan
atau rintangan yang tidak mungkin diatasi.
·
Dedication
Dedikasi
seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia
mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk
sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7 had dalam
seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan
bisnisnya.
·
Devotion
Devotion
berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai
pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal
inilah yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk
menjual produk yang ditawarkannya.
·
Details
Seorang
wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau
mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan
usahanya.
·
Destiny
Seorang
wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya.
Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
·
Dollars
Wirausahaan
tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh uang.
Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka berasumsi
jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat laba/bonus/
hadiah.
·
Distribute
Seorang
wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang
kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang kritis dan
mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.
Sikap Entrepreneur
Menurut menurut
McGrath
& MacMillan, dalam mengelola
entrepreneurial mindset dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi,
wirausahawan sebaiknya juga mengembangkan sikap sebagai berikut:
1. Develop insight into the customers
behavioral context.
Pemikiran revolusioner
ke dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu menjadi
jawaban bagi masalah utama bagi pelanggan dalam konteks tersebut.
2. In an entrepreneurial mindset,
everybody plays.
Ide beberapa orang yang
dilebur menjadi satu akan membeikan hasil yang lebih baik daripada pemikiran
satu orang saja.
3. Doing experiment intelligently.
Eksperimen merupakan
tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam
skala yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya
merupakan perencanaan.
4. Spend imagination instead of money.
Upaya yang perlu dilakukan
seseorang untuk terus mengembangkan entrepreneurial
mindset-nya adalah secara rutin menggunakan waktu-waktu terntentu untuk
berimajinasi dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul.
5. Framing is crucial to the
entrepreneurial leader
Seorang yang memiliki
entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka system pekerjaan yang jelas
bagi semua orang yang bekerja bersamanya.
6. Be ruthless with respect to
priorities
Seorang entrepreneur
harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan, mana yang
sifatnya segera atau dapat ditunda.
7. Using measures early on is better
than using precise ones too late.
Entrepreneurial mindset
dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk
setiap persoalan.
8. Pay attention to the cost of failure.
Biaya akan kegagalan (cost of failure) tersebut yang masih
dikontrol, seorang entrepreneur harus memiliki calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan,
bukan meminimalisasi jumlah kegagalan.
Tentang Non-Entreprenuer
Dwi
Larso, Ph.d, seorang pengajar di School
of Business Management, Institut Teknologi Bandung mengatakan bahwa pengusaha
adalah orang yang memiliki bisnis skala besar maupun kecil dan tidak semua
pengusaha memiliki jiwa entrepreneur. Sedangkan seorang entrepreneur pasti
memiliki jiwa pengusaha, di mana mereka dapat memanfaatkan peluang dari setiap
bisnisnya atau orang yang terjun ke dalam suatu bisnis. Beberapa sisi dari
Entreprenuer dan Non-entreprenuer, bisa dilihat sebagai berikut:
1.
Tujuan
Seorang
pengusaha biasanya akan menjalankan bisnis untuk mendapatkan keuntungan,
keuangan yang lebih stabil, dan menjadi sukses. Sedangkan entrepreneur lebih
peduli pada perubahan di sekitar dan mengejar passion untuk mencapai tujuan
akhir yang memberikan kesenangan dan kepuasan. Entrepreneur kurang tertarik
pada keuntungan secara finansial, tapi mereka fokus dalam mengembangkan
produk/jasa yang akan mereka tawarkan.
2.
Waktu
Pengusaha
tidak suka membuang waktu, mereka akan selalu mengecek jam untuk memastikan
tidak ada pekerjaan atau kegiatan yang tertunda dan harus diselesaikan di luar
jam kantor. Entrepreneur bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk menyelesaikan
pekerjaannya dan membuat produknya lebih sempurna. Karena menurut seorang
entrepreneur, produk adalah sebuah karya besar yang harus ia kembangkan untuk
memuaskan pelanggannya.
3.
Sikap
Pengusaha
biasanya akan merasa nyaman dengan apa yang telah dan rutin mereka lakukan.
Mereka melakukan sesuatu tanpa berharap adanya perubahan dan hanya mementingkan
bisnisnya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Sebaliknya, entrepreneur
akan terus menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman dan mengubah pola
pikir untuk membuat perusahaan mereka sebesar mungkin tanpa ada batasan.
4.
Risiko
Bagaimana
pengusaha dan entrepreneur melihat dan mengelola risiko? Pengusaha akan selalu
melakukan perhitungan dalam menjalankan bisnis, karena mereka akan mengambil
risiko yang telah dihitung dan dikelola. Kalaupun bisa, mungkin mereka tidak
menginginkan uangnya hilang sedikitpun atau mengalami kebangkrutan. Berbeda
dengan seorang entrepreneur, mereka dapat mengambil risiko yang tidak masuk
akal sekalipun. Demi mengejar passion, mereka tidak peduli terhadap waktu dan
uang yang mereka habiskan. Meski begitu, mereka melakukannya dengan senang dan
penuh semangat, sehingga banyak dari entrepreneur yang mengambil risiko besar
justru mendapatkan hasil yang luar biasa.
5.
Ide
Dari
segi ide, seorang pengusaha biasanya akan memilih ide yang sedang tren di
sekitarnya dan terlihat memiliki keuntungan yang besar. Sedangkan seorang
entrepreneur adalah seorang pencipta ide produk atau bisnis pertama kalinya.
Mereka rela menghabiskan waktu, energi, dan uang untuk membuat ide bisnisnya
sendiri. Entrepreneur biasanya memiliki ide orisinil dan berbeda dari yang
pernah ada, bahkan terkadang idenya unik dan di luar dugaan kita.
6.
Definisi Sukses
Selanjutnya
adalah perbedaan definisi sukses dari kacamata pengusaha dan entrepreneur.
Sukses menurut pengusaha adalah keberhasilan bisnis dan pelaksana kepentingan
bisnis yang meliputi dirinya sendiri, partner bisnis, karyawan, pelanggan,
investor, dan juga komunitas. Sedangkan menurut entrepreneur melakukan
pekerjaannya dan membiarkan perjalanan bisnisnya yang akan mendefinisikan
kesuksesan yang ia capai.
Referensi :
1)
Bahan
Kuliah Entreprenuership, Universitas Mercu Buana Jakarta
2)
Ali, Tarek
Ben.(2016). Explaining the intent to start a business among Saudi Arabian
University Students.Jurnal Manajemen dan Marketing. Mersin Vol. 6, Iss. 2, hal
345-353.
3)
Edoho,
Felix Moses.(2016). Entrepreneurship paradigm in the new millennium: A critique
of public policy on
entrepreneurship. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi. Bingley Vol. 8,
Iss. 2, hal 279-294.
4)
Hisrich,
Robert., D.Michael P., Peters. dan Dean. A. Sheperd. (2012). Kewirausahaan Entrepreneurship.
Salemba Empat. Jakarta..
5)
Muis,
Irmali et al. (2015). Modul Kewirausahaan. Pusat Kewirausahaan Universitas
Negeri Makassar. Makassar.
6)
Munawaroh,
Munjiati. (2016). Kewirausahaan. Muhamadiyah Gramasurya.Yogyakarta.
7)
Sherlywati.
(2017). ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA PEREMPUAN DAN
LAKILAKI: STUDI PADA UMKM DI KOTA
Subscribe to:
Posts (Atom)