sumber : pixabay.com |
Sahabat squad geogafi,
pengaruh cuaca dan iklim memberikan dampak terhadap perubahan suhu global atau
dikenal dengan pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi
akibat efek rumah kaca yang berlebihan. Efek rumah kaca adalah proses atmosfer
bumi memerangkap energi panas di permukaan bumi.
Gambar proses efek rumah kaca |
Proses efek rumah kaca terjadi |
Fenomena perubahan
iklim global saat ini sudah mencapai tingkat yang cukup parah. Suhu mulai
meningkat, cuaca semakin tidak menentu dan semakin panas. Perubahan iklim di
dunia ternyata berhungan dengan tingkat pengendalian sosial manusia. Misalnya
pola hidup dan tingkah laku. Seperti banyaknya pembangunan green house atau
hiduponik. Kebanyakan masyarakat Indonesia maupun daerah tingkat kepeduliannya
terhapap lingkungan sangat rendah.
Pembangunan rumah kaca mempunyai keunungan yang besar dalam pertanian dan dalam peningkatan tingkat ekomoni. Namun karena kurangnnya kepedulian dan tidak terkendalinya pembangunan rumah kaca. Indonesia adalah negara yang termasuk kedalam negara berkembang yang menghasilkan polusi, sampah terbanyak. Sehingga banyak sekali faktor-faktor yang dapat merusak iklim.
Nah, adapun dampak dari pemanasan global adalah sebagai berikut.
1. Cuaca tidak menentu
Salah satu dampak dari pemanasa global yang paling terasa mencakup iklim dan cuaca adalah menjadikan cuaca tidak menentu. Misalnya kita sangat sulit memprediksi cuaca yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu. apabila kita memprediksikan hari akan cerah, tiba- tiba bisa turun hujan, itupun hujan yang sangat deras dan terkadang disertai jenis angin dan juga petir. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan melakukan ramalan cuaca. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ramalan cuaca atau prakiraan cuaca ini merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya bagi penyelenggara event atau proyek, namun juga sangat penting bagi sektor transportasi. Mengingat transportasi udara membutuhkan jadwal penerbangan yang sangat teliti dan berhati- hati terhadap cuaca.
2. Kedatangan musim yang tidak sesuai dengan masa
Dampak kedua dari pemanasan global bagi cuaca dan iklim adalah kedatangan musim yang tidak sesuai dengan masa. Kita mempelajari bahwa musim di dunia ini datang dengan sangat teratus menurut tanggal masing- masing. Oleh karena itulah kita dapat memprediksi kapan kita akan berjumpa dengan musim tertentu. sebagai contoh pembagian musim di Indonesia, kita akan menjumpai musim hujan ketika bulan Oktober- April, sementara sisanya kita akan menjumpai musim kemarau. Namun sejak akhir- akhir ini pemanasan global melanda bumi, musim datang semakin tidak beraturan, semakin tidak pada masanya. Misalnya di bulan November yang seharusnya sudah memasuki musim penghujan, justru masih terasa panas dan tidak menunjukkan tanda- tanda akam turun hujan. Demikian halnya dengan musim penghujan yang masih saja datang meskipun sudah memasuki saat musim kemarau tiba
3. Iklim atau cuaca menjadi terasa lebih panas
Dampak pemanasan global yang selanjutnya adalah cuaca atau iklim menjadi lebih terasa panas dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini tercermin pada suhu udaranya. Ketika pemanasan global terjadi, maka udara menjadi terasa lebih panas, dan panasnya ini merupakan panas yang menyengat kulit. Jadi, meskipun matahari tidak terlalu terik, namun cuaca cukup membakar kulit kita sehingga kita akan merasa gerah dan kepanasan.
4. Musim kemarau dan musim penghujan lamanya tidak sama
Dampak selanjutnya dari pemanasan global terhadap cuaca dan iklim adalah musim yang lamanya tidak sesuai semestinya. Misalnya di Indonesia, harusnya musim penghujan dan musim kemarau sama- sama berlangsung selama enam bulan tapi karena pemanasan global, musim ini bisa berlangsung tidak semestinya. Terkadang kita menjumpai musim penghujan yang lebih lama daripada musim kemarau dan terkadang musim kemarau datang lebih lama daripada musim hujan.
5. Terjadinya anomali iklim
Anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnya. Empat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah SST NINO, arah angin, beda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti, serta Indian Ocean Dipole. Ada tiga pola hujan di Indonesia, yaitu pola monsunal, pola ekuatorial, dan pola lokal. Wilayah dengan pola monsunal paling terpengaruh anomali iklim dan sebagian besar sentra padi di Indonesia berada di wilayah ini. Dengan demikian, kejadian ini perlu diprediksi untuk menekan kerugian.
Dalam antisipasi anomali iklim, diperlukan langkah-langkah strategis seperti: mengefektifkan informasi prakiraan iklim dan teknik menghadapinya, memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan, menganalisis pergeseran musim, menganalisis neraca air wilayah dan indeks kecukupan air dan saat tanam yang tepat, menampung air hujan untuk mengisi cadangan air tanah, membudidayakan komoditas berumur pendek dan tahan kekeringan, mempercepat tanam, memanfaatkan sistem gogorancah, pompanisasi di daerah-daerah dengan cadangan air tanah, memperbaiki efektivitas saluran irigasi dan embung/bendungan, meningkatkan daya dukung daerah hulu aliran sungai, memantau dan mengevaluasi daya tampung waduk, memanfaatkan mulsa in-situ untuk menekan evaporasi
Nah, itulah beberapa dampak dari pemanasan global yang dapat mempengaruhi atau berpengaruh terhadap cuaca dan juga iklim. Bukan hanya di indonesia, namun juga di belahan bumi lainnya.
No comments:
Post a Comment