A.
Landasan Teori
Enterpreneur
dan Enterpreneurship
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”.
Sementara entrepreneurship bahasa inggris sendiri didefinisikan sebagai the art or science of innovation and risk-taking for profit in business, atau dapat diartikan sebagai suatu seni atau ilmu tentang inovasi dan pengambilan keputusan untuk meraih keuntungan dalam bisnis.
Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang berjudul "Entrepreneurs are Made Not Born", mendefinisikan bahwa wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre, pre, dan neur. Menurut akar Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur berarti pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang memasuki dunia bisnis-bisnis apa saja tepat pada waktunya untuk membentuk atau mengubah pusat syaraf (nerve center) bisnis tersebut secara substansial.
Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri.
Lantas, usaha merupakan semua aktivitas yang mencari keuntungan dengan mengusahakan kebutuhan barang dan jasa kepada orang lain (Nickles, McHugh, dan McHugh, 1996).
Definisi-definisi lain dari para ahli tentang kewirausahaan adalah menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008): “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Serta Nasrullah Yusuf (2006): “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan- tantangan persaingan.”
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Wirausahawan adalah sosok independen, orang yang mampu berdiri sendiri dan berani membuka kegiatan produktif. Ia tidaklah bergantung pada suatu perusahaan maupun pemerintah, melainkan membangun perusahaannya sendiri.
Seseorang yang memiliki usaha sendiri tidak menggantungkan penghasilan dan kehidupannya kepada orang lain, dari sanalah ia bisa dikatakan mandiri secara finansial. Namun, meski mereka mandiri bukan berarti seorang wirausaha serta-merta mengandalkan dirinya sendiri dalam mengembangkan usahanya. Hal itu disebabkan seorang wirausaha perlu membuka jaringan (networking) dengan orang-orang disekitarnya. Ia perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan banyak orang untuk untuk menjaring pasar dan konsumen. Dengan kata lain, ia menambah relasi/rekanan agar bisnisnya cepat berkembang. Tidak hanya sebagai wadah pemasaran produk, memiliki kenalan yang luas juga akan mempermudah wirausaha untuk mencari tambahan modal, serta lebih cepat mendapatkan informasi terbaru yang bisa digunakan untuk inovasi produknya. Di sisi lain, ketika usahanya bertambah besar, ia tentunya membutuhkan tenaga kerja untuk membantu memenuhi permintaan atas produknya. Dengan kata lain, kemandirian yang dimiliki pengusaha adalah kemandirian atas kepemilikan, pengambilan keputusan dan penghasilan. Dimana atas kemandirian tersebut ia juga akan dibebani dengan tanggung jawab terutama atas keputusan bisnis yang diambilnya. Hal ini tidak lain karena dunia bisnis adalah dunia yang penuh resiko, seringkali besar kecilnya resiko berbanding lurus dengan harapan keuntungan yang diperoleh. Dalam mengambil keputusan wirausaha harus mempertimbangkan banyak aspek, karena tidak hanya dia dan keuangannya yang dipertaruhkan melainkan juga orang-orang yang bekerja padanya.
Seperti yang diutarakan Kao (1989), secara umum posisi wirausahawan adalah menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan yang dibangunnya (venture). Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya dalam memulai suatu. Ia juga berisiko atas keteledoran dan kegagalan usahanya.
Konsep Kewirausahaan
Sedangkan
menurut Josep Schumpeter, Konsep wirausaha
secara lengkap dikemukakan sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada
dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk
organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan
kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.
1.
Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber
daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.
Kewirausahaan
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.
Kewirausahaan
adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.
Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase)
dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto
Prawiro, 1997).
5.
Kewirausahaan
adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu
yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
Kewirausahaan
adalah usaha menciptakan
nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui
cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Unsur Kewirausahaan
Berwirausaha
melibatkan dua unsur pokok yaitu peluang
dan kemampuan menanggapi peluang.
Berdasarkan hal tersebut, maka definisi kewirausahaan adalah tanggapan terhadap
peluang usaha yang terungkap dalam
seperangkat tindakan serta membuahkan
hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997).
Menurut David (1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat- syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi.
B. Analisis
Dalam memulai usaha
dibutuhkan dua faktor penting, yang pertama skill
dan yang kedua adalah mindset entrepreneur. Dari faktor itulah, adanya mindset
entrepreneur sangatlah penting dalam menjalankan bisnis. Sebab dengan mindset
entrepreneur, seseorang akan termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan
inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan.
“Mindset is A fixed mental
attitude or disposition that predetermines a person’s responses to and
interpretations of situations.”
Jika definisi tersebut dikaitkan dengan bidang bisnis, maka tingkah laku atau karakter mental yang dimaksud adalah bagaimana respon dan interpretasi terhadap ide dan kegiatan wiraswasta yang penuh spekulasi dan melibatkan resiko untung-rugi.
Definisi Mindset Enterpreneur adalah kerangka berpikir seseorang yang beorientasikan entrepreneurial, lebih memilih untuk menjalani ketidakpastian daripada menghindarinya, melihat segala sesuatu lebih sederhana daripada orang lain, dan mau belajar yang berresiko (McGrath & MacMillan, 2000: 2). Atau dalam sumber lain, entrepreneurship is a particular type of mindset, a unique way of looking at the world….At the heart of entrepreneurship lies the desire to achieve, the passion to create, the yearning for freedom, the drive for independence, and the embodiment of entrepreneurial visions and dreams through tireless hard work, calculated risk-taking, continuous innovation, and undying perseverance (Ma & Tan, 2006).
Mindset atau cara
berpikir yang dibutuhkan seorang wirausaha sangat bervariasi dan berbeda
pendapat oleh sebagian ahli. Namun penyusun melihat perbedaan ini bukan
diartikan salah satu pendapat salah, hanya saja tergantung masing-masing
individu ia lebih nyaman dan cocok menggunakan mindset seperti apa. Karena inti
dari segala mindset seorang pengusaha berakar dari kegigihan, ketekunan, dan
pantang menyerah.
Menurut
McGraith & Mac Millan , ada 7 (tujuh) mindset wirausaha yaitu :
1.
Action Oriented
Wirausaha
bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji
hipotesis, suka menunda-nunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu
saja. Prinsip
yang mereka anut adalah see and do.
Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan
ditaklukkan.
2.
Fokus
pada eksekusi
Melakukan tindakan dan
merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide- ide baru. “Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi,
yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada
menganalisis ide-ide baru sampai mati” (McGraith
dan Mac Millan, 2000, hlm.3).
3. Berpikir simpel
Melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan
masalah satu demi satu secara bertahap.
4. Senantiasa berkreasi, mencari
alternatif dan peluang baru
Bagi mereka meraih keuntungan dengan menjaring pembeli tidak
hanya dapat dilakukan dengan
menjalani bisnis baru
atau
menjual produk berbeda, melainkan juga dapat dilakukan dengan mengembangkan cara-cara
penjualan yang inovatif. Mereka selalu mau belajar hal baru, open-minded dan terbuka terhadap cara-cara baru.
5. Memiliki integritas dalam mengejar
peluang bisnis
Wirausahaan memerlukan pola pikir dimana peluang bukan
hanya dicari, melainkan diciptakan dan dibuka. Karena wirausaha merupakan
tempat investasi dan penuh resiko, maka seorang wirausaha harus memiliki
integritas dan disiplin yang tinggi terhadap apa yang sedang ia kerjakan.
Wirausahawan yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin
pekerjaannya lekas beres dan apa yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Waktu
amatlah berharga bagi mereka karena apa yang menjadi peluang pada suatu waktu,
belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang,
belum tentu akan kembali lagi.
6.
Mengambil
peluang yang terbaik, paling potensial dan menjajikan.
Mereka sangat adaptatif sehingga mampu
melakukan perubahan arah mengikuti peluang yang paling potensial dan terus
mencari cara terbaik untuk mewujudkannya.
7.
Pandai
bersosialisasi dan membangun jaringan.
Cenderung melibatkan orang lain dalam
mewujudkan peluang, baik dari dalam maupun dariu luar organisasi. Mereka
menjaga dan menciptakan relasi hubungan dengan partner daripada bekerja
sendirian.
Mindset
Positif Wirausaha
Seorang entrepreneur
harus mengembangkan mindset positifnya karena dengan
pola
pikir / mindset yang positif , akan memberikan motivasi hidup yang kuat untuk
mencapai sesuatu juga akan membuat pribadi menjadi tidak mudah menyerah, lebih
mensyukuri hidup dan tentu menjadi lebih bahagia. Seorang individu dengan
mindset poitif akan lebih mampu mengembangkan kemampuan di dalam dirinya, da[at
berpikir secara luas dan dalam, serta lebih fokus dalam melakukan segala
kegiatan. Cara berfikir dan sikap seperti ini sangat kondusif bagi datangnya
kreativitas, inovasi, dan lebih mudah membangun semangat serta kegigihan dalam
menjalani usaha. Dunia ini penuh dengan resiko, maka tidaklah mampu seorang
entrepreneur dengan mindset negative mampu mebaca peluang dan mengambil resiko
yang ada. Alasan lain mengapa seorang entrepreneur harus memiliki mindset
positif aalah sebagai berikut ;
1) Mindset
postif merupakan bentuk percaya diri pada kualitas diri yang dimiliki. Yakin
dengan potensi yang dimiliki merupakan modal awal untuk membangun motivasi
dalam hidup.
2) Mindset
positif akan membuat orang menjadi lebih focus dalam mencapai tujuan. Hiarukan
omongan-omongan negatif orang lain karena dengan mendengarkan omongan negatif
dapat melemahkan semangat kita untuk sukses.
3) Mindset
positif adalah kunci sukses yang akan mendorong diri melakukan usaha yang lebih
maksimal untuk meraih sukses.
Ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan dalam mengembangkan mindset postif dalam diri, yaitu :
1. Lihatlah
potensi diri sendiri. Buat daftar potensi yang dimiliki, kemudian kembangkan
semua potensi secara betahap untuk dapat mendukung dalam menciptakan inovasi
baru.
2. Ikuti
pelatihan, seminar atau sharing
bisnis yang bisa membantu mengetahui segala kelebihan dan kekurangan sumber
daya yang bisa dijadikan sebagai prospek bisnis.
3. Belajar
dari kisah sukses para pengusaha yang sudah berhasil mengembangkan bisnisnya
dari nol.
Selain keberadaan mindset positif yang
harus diterapkan oleh entrepreneur, ada juga mindset negative yang menjadi
penghambat dalam pengembangan pengembangan pola pikir entrepreneur sebagai
dasar pengembangan suatu bisnis. Hal yang harus dilakukan adalah menghindari
mindset negatif tersebut.
Pertama, hindarkan pandangan bahwa
mencarti keuntungan dan kekayaan adalah sifat rakus. Karena memang pada
kenyataannya salah satu tujuan dalam membuat sebuah bisnis adalah meraup profit
sebanyak-banyaknya dengan modal sekecilnya-kecilnya (prinsip ekonomi). Hal ini
menjadi mindset negatif karena ada pihak yang mengahalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan sebesar besarnya walaupun dengan cara yang tidak jujur
dan merugikan pihak lain. tetapi hal ini tidak menjadikan bahwa semua
keuntungan dan kekayaan adalah sesuatu yang buruk.
Kedua, hindarkan anggapan bahwa
mengambil, mencuri, korupsi dan merampok dari orang kaya adalah wajar. Mindset
seperti ini tidak akan membawa kesejahteraan bagi komunitas dan negara , malah
akan menciptakan kekacauan sosial.
Ketiga, jangan menuntut pembayaran sebelum memberi pelayanan atau
dari pelayanan yang buruk. Mindset seperti ini tidak akan menciptakan pelanggan
yang setia. Kita harus mampu membangun pemikiran positif, sehingga energi yang
kita miliki dapat digunakan seutuhnya untuk meraih kesuksesan.
Karakter dan Ciri Wirausaha
Indikator
ketercapaian mindset diatas dapat ditunjukkan dengan terbentuknya karakter
wirausaha sebagai berikut:
1. Kreatifitas
Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah
kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas
adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Kreatifitas akan memunculkan
ide dan inovasi-inovasi baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki,
mengevaluasi, serta mengembangkan usaha yang sedang digeluti.
2.
Selalu
Komitmen dalam Pekerjaan
Komitmen membuat seseorang berdisiplin dengan apa yang
dikerjakan, penuh integritas dan tetap bersemangat. Wirausaha yang baik akan
gigih dan ulet menjalani usahanya, tetap bekerja keras dan memiliki tekad yang
bulat untuk meraih kesuksesan. Komitmen akan membuatnya bertahan menghadapi
berbagai masalah, tetap bertahan dalam guncangan, dan tekun menjalani usahanya.
3.
Mandiri
atau Tidak Ketergantungan
Seorang wirausaha pastilah membuka suatu bisnis sesuai
dengan yang ia ingin dan kehendaki. Mulai dari konsep hingga pemasaran, ia-lah
yang bertanggung jawab dan memegang peranan pokok. Ia ada di puncak kepemimpinan
dan pengambil keputusan. Kemandirian ini mutlak dimiliki seorang wirausaha,
terlebih yang merintis usahanya dari bawah. Mereka yang merintis usaha dalam
keadaan mapan dan nyaman pun, cepat lambat harus mempelajari sikap ini agar
mampu menjalankan usaha secara independen.
4.
Berani
Menghadapi Risiko dan Bertanggung Jawab
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Dunia usaha itu sendiri penuh
dengan resiko sejalan dengan peluang yang disuguhkan. Berbeda dengan mereka
yang enggan mengambil resiko dan keluar dari zona nyamannya, wirausahawan
justru harus memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru, membuka
peluang, dan mengambil resiko dalam setiap kegiatan usahanya. Namun pengambilan
resiko yang dilakukan wirausaha juga disertai tanggung jawab, dimana ia sudah
mempertimbangkan baik-buruk dan untung-rugi serta alternatif dari setiap
keputusan, ia juga telah siap menganggung akibat dari keputusannya
5.
Motif
Berprestasi Tinggi
Menurut Gede
Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003: 32) Motif berprestasi ialah suatu
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat
dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibandingkan sebelumnya, atau untuk terus berinovasi untuk menghasilkan produk
yang terbaik.
6.
Memiliki
Jiwa Kepemimpinan
Seorang
wirausaha selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia
selalu ingin tampil berbeda, Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya lebih
cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar.
7.
Memiliki
Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang
wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya,
seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan
usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol
usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya.
Selanjutnya
dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil
memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
·
Dream
Seorang
wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan
bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan impiannya tersebut.
·
Decisiveness
Seorang
wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan
secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia mengambil
keputusan adalah merupakan faktor kunci (key factor) dalan kesuksesan
bisnisnya.
·
Doers
Begitu
seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya.
Mereka melak-sanakan kegiatannya secepat mungkin yang dia sanggup artinya
seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat di-manfaatkan.
·
Determination
Seorang
wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung
jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan
atau rintangan yang tidak mungkin diatasi.
·
Dedication
Dedikasi
seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia
mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk
sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7 had dalam
seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan
bisnisnya.
·
Devotion
Devotion
berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai
pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal
inilah yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk
menjual produk yang ditawarkannya.
·
Details
Seorang
wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau
mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan
usahanya.
·
Destiny
Seorang
wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya.
Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
·
Dollars
Wirausahaan
tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh uang.
Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka berasumsi
jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat laba/bonus/
hadiah.
·
Distribute
Seorang
wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang
kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang kritis dan
mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.
Sikap Entrepreneur
Menurut menurut
McGrath
& MacMillan, dalam mengelola
entrepreneurial mindset dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi,
wirausahawan sebaiknya juga mengembangkan sikap sebagai berikut:
1. Develop insight into the customers
behavioral context.
Pemikiran revolusioner
ke dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu menjadi
jawaban bagi masalah utama bagi pelanggan dalam konteks tersebut.
2. In an entrepreneurial mindset,
everybody plays.
Ide beberapa orang yang
dilebur menjadi satu akan membeikan hasil yang lebih baik daripada pemikiran
satu orang saja.
3. Doing experiment intelligently.
Eksperimen merupakan
tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam
skala yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya
merupakan perencanaan.
4. Spend imagination instead of money.
Upaya yang perlu dilakukan
seseorang untuk terus mengembangkan entrepreneurial
mindset-nya adalah secara rutin menggunakan waktu-waktu terntentu untuk
berimajinasi dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul.
5. Framing is crucial to the
entrepreneurial leader
Seorang yang memiliki
entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka system pekerjaan yang jelas
bagi semua orang yang bekerja bersamanya.
6. Be ruthless with respect to
priorities
Seorang entrepreneur
harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan, mana yang
sifatnya segera atau dapat ditunda.
7. Using measures early on is better
than using precise ones too late.
Entrepreneurial mindset
dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk
setiap persoalan.
8. Pay attention to the cost of failure.
Biaya akan kegagalan (cost of failure) tersebut yang masih
dikontrol, seorang entrepreneur harus memiliki calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan,
bukan meminimalisasi jumlah kegagalan.
Tentang Non-Entreprenuer
Dwi
Larso, Ph.d, seorang pengajar di School
of Business Management, Institut Teknologi Bandung mengatakan bahwa pengusaha
adalah orang yang memiliki bisnis skala besar maupun kecil dan tidak semua
pengusaha memiliki jiwa entrepreneur. Sedangkan seorang entrepreneur pasti
memiliki jiwa pengusaha, di mana mereka dapat memanfaatkan peluang dari setiap
bisnisnya atau orang yang terjun ke dalam suatu bisnis. Beberapa sisi dari
Entreprenuer dan Non-entreprenuer, bisa dilihat sebagai berikut:
1.
Tujuan
Seorang
pengusaha biasanya akan menjalankan bisnis untuk mendapatkan keuntungan,
keuangan yang lebih stabil, dan menjadi sukses. Sedangkan entrepreneur lebih
peduli pada perubahan di sekitar dan mengejar passion untuk mencapai tujuan
akhir yang memberikan kesenangan dan kepuasan. Entrepreneur kurang tertarik
pada keuntungan secara finansial, tapi mereka fokus dalam mengembangkan
produk/jasa yang akan mereka tawarkan.
2.
Waktu
Pengusaha
tidak suka membuang waktu, mereka akan selalu mengecek jam untuk memastikan
tidak ada pekerjaan atau kegiatan yang tertunda dan harus diselesaikan di luar
jam kantor. Entrepreneur bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk menyelesaikan
pekerjaannya dan membuat produknya lebih sempurna. Karena menurut seorang
entrepreneur, produk adalah sebuah karya besar yang harus ia kembangkan untuk
memuaskan pelanggannya.
3.
Sikap
Pengusaha
biasanya akan merasa nyaman dengan apa yang telah dan rutin mereka lakukan.
Mereka melakukan sesuatu tanpa berharap adanya perubahan dan hanya mementingkan
bisnisnya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Sebaliknya, entrepreneur
akan terus menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman dan mengubah pola
pikir untuk membuat perusahaan mereka sebesar mungkin tanpa ada batasan.
4.
Risiko
Bagaimana
pengusaha dan entrepreneur melihat dan mengelola risiko? Pengusaha akan selalu
melakukan perhitungan dalam menjalankan bisnis, karena mereka akan mengambil
risiko yang telah dihitung dan dikelola. Kalaupun bisa, mungkin mereka tidak
menginginkan uangnya hilang sedikitpun atau mengalami kebangkrutan. Berbeda
dengan seorang entrepreneur, mereka dapat mengambil risiko yang tidak masuk
akal sekalipun. Demi mengejar passion, mereka tidak peduli terhadap waktu dan
uang yang mereka habiskan. Meski begitu, mereka melakukannya dengan senang dan
penuh semangat, sehingga banyak dari entrepreneur yang mengambil risiko besar
justru mendapatkan hasil yang luar biasa.
5.
Ide
Dari
segi ide, seorang pengusaha biasanya akan memilih ide yang sedang tren di
sekitarnya dan terlihat memiliki keuntungan yang besar. Sedangkan seorang
entrepreneur adalah seorang pencipta ide produk atau bisnis pertama kalinya.
Mereka rela menghabiskan waktu, energi, dan uang untuk membuat ide bisnisnya
sendiri. Entrepreneur biasanya memiliki ide orisinil dan berbeda dari yang
pernah ada, bahkan terkadang idenya unik dan di luar dugaan kita.
6.
Definisi Sukses
Selanjutnya
adalah perbedaan definisi sukses dari kacamata pengusaha dan entrepreneur.
Sukses menurut pengusaha adalah keberhasilan bisnis dan pelaksana kepentingan
bisnis yang meliputi dirinya sendiri, partner bisnis, karyawan, pelanggan,
investor, dan juga komunitas. Sedangkan menurut entrepreneur melakukan
pekerjaannya dan membiarkan perjalanan bisnisnya yang akan mendefinisikan
kesuksesan yang ia capai.
Referensi :
1)
Bahan
Kuliah Entreprenuership, Universitas Mercu Buana Jakarta
2)
Ali, Tarek
Ben.(2016). Explaining the intent to start a business among Saudi Arabian
University Students.Jurnal Manajemen dan Marketing. Mersin Vol. 6, Iss. 2, hal
345-353.
3)
Edoho,
Felix Moses.(2016). Entrepreneurship paradigm in the new millennium: A critique
of public policy on
entrepreneurship. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi. Bingley Vol. 8,
Iss. 2, hal 279-294.
4)
Hisrich,
Robert., D.Michael P., Peters. dan Dean. A. Sheperd. (2012). Kewirausahaan Entrepreneurship.
Salemba Empat. Jakarta..
5)
Muis,
Irmali et al. (2015). Modul Kewirausahaan. Pusat Kewirausahaan Universitas
Negeri Makassar. Makassar.
6)
Munawaroh,
Munjiati. (2016). Kewirausahaan. Muhamadiyah Gramasurya.Yogyakarta.
7)
Sherlywati.
(2017). ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA PEREMPUAN DAN
LAKILAKI: STUDI PADA UMKM DI KOTA
No comments:
Post a Comment