Model Pembelajaran dalam Pelatihan
Oleh
: Sobri
Pelatihan
Pelatihan
dan pengembangan sangat penting bagi karyawan atau pegawai di suatu perusahaan
atau organisasi. Hal itu dilakukan agar karyawan bekerja dengan lebih menguasai
dan lebih baik dalam melakukan pekerjaanya untuk mengahadapi tantangan dan
perkembangan zaman yang semakin pesat. Tentunya kondisi tersebut menyadarkan Setiap
pimpinan suatu perusahaan atau organisasi bahwa pegawai atau karyawan perlu dikembangkan
dan dilatih dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya
sehingga mampu bersaing.
Menurut (H. Malayu, S.P. Hasibuan, 2000). Pelatihan setiap personil ini dirasa semakin
penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat
kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang
sejenis atau organisasi. Setiap orang dituntut agar dapat bekerja efektif,
efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik. Hal ini dilakukan untuk
tujuan nonkarier maupun karier bagi para karyawan (baru atau lama) melalui
latihan dan pendidikan .
Menurut
Frank, P. Sherwood & Wallace, H. Best, dalam Nunu Jumena (2000), latihan
adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui
pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan,
keterampilan, dan sikapnya.
Dalam
Jurnal atau modul dijelaskan tentang tujuan dari pendidikan dan pelatihan (PP
No. 101 Tahun 2000), antara lain:
1. Meningkatkan
kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia.
2. Menanamkan
kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang
komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
3. Memantapkan
semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan pengembangan
partisipasi masyarakat.
4. Meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini mungkin
kepribadian pegawai.
5. Kesamaan
visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik
Untuk
mencapai tujuan dari pendidikan dan pelatihan (diklat) tersebut, perlu
dilakukan suatu perencanaan dan desain dari program pelatihan yang tepat dan
efektif. Dalam Perencanaan dilakukan untuk menentukan kebutuhan latihan berikut
rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi berikut
metode dan sarana latihan, dan mendesain program pelatihan merupakan kegiatan
awal dari persiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan/diklat yang sangat
penting.
Model Pembelajaran
Menurut
Permendiknas RI No 41 Tahun 2007 pergeseran paradigm proses pendidikan, yaitu
dari paradigm pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Model
Pembelajaran menurut Azis Wahab (2007) adalah merupakan sebuah perencanaan
pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti apa yang
diharapkan. Secara garis besar model mengajar adalah merupakan preskripsi
strategi mengajar yang disiapkan untuk tujuan mengajar.
Model
pengajaran memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan
metode yang spesifik. Kedua konsep model pengajaran berfungsi sebagai alat
komunikasi yang penting bagi guru. Joice dan Well, 1972; Joice, Well dan
Calhoun, 2004 dalam bukunya Arends telah mengklasifikasikan berbagai pendekatan
pengajaran menurut tujuan instruksionalnya, sintaksisnya, dan sifat lingkungan
belajarnya,
Atribut
sebuah model menurut Arends adalah adanya basis teoritis yang koheren atau
sebuah sudut pandang tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana
mereka belajar dan model merekomendasikan berbagai peri-laku mengajar dan
struktur kelas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai tipe pembelajaran yang
berbeda. Model pengajaran memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki
berbagai strategi dan metode yang spesifik.
Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaanya membutuhkan model pembelajaran
yang tepat dalam modul disebutkan beberapa model pembelajaran dalam pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan, yaitu :
1. Model
Pusdiklat Depdiknas
2. Model
Leonard Nadler (Critical Events).
3. Model
Steppes Depdiknas.
4. Model
ELC.
5. Model
Pendekatan Pembelajaran Integratif.
Yang dapat saya jelaskan untuk model pembelajaran
dalam pelatihan, yang pertama tentang
model ELC. Model ini pada dasarnya adalah metode berlatih secara induktif,
yaitu membangun konsep dari pengalaman-pengalaman empiris untuk mengembangkan
teori dan prinsip-prinsip dari pengalaman. Metode ini menuntut partisipasi
aktif peserta latihan. Model ELC mendasarkan diri kepada 3 hal yaitu:
1. Active
participating.
2. Sharing
responsibility.
3. Need
orientation.
Yang kedua, Model Pembelajaran Integratif,
Siklus pembelajaran integratif (MS. Lee Meng Foon, 1997)
ANALISIS
KEBUTUHAN
|
• Pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang dibutuhkan peserta agar
dapat meningkatkan kinerjanya, peningkatan kepuasan kerja dan mengoptimalkan
sumbang tenaganya bagi
organisasi perusahaan.
|
TETAPKAN
TUJUAN PENCAPAIAN KINERJA
|
• Kaitkan tujuan secara langsung dengan analisis kebutuhan.
• Kemampuan apa yang harus dimiliki peserta agar dapat melaksanakan
tugasnya.
• Buatlah secara khusus, jelas dan tepat.
|
TENTUKAN
KEUNTUNGAN/MANFAAT BAGI PESERTA
|
• Apakah manfaatnya baik secara pribadi maupun profesional bagi peserta
dalam mencapai tujuan kinerjanya?
|
SIAPKAN PESERTA UNTUK BELAJAR
|
• Buatlah berbagai kemungkinan keterkaitan/ hubungan.
• Tekankan manfaat bagi peserta.
• Gunakan sugesti yang positif.
• Ciptakan percaya diri pada peserta dan pemikiran positif.
|
SIAPKAN PENGALAMAN BELAJAR YANG POSITIF
|
• Pre-review/perbanyak review. Perhatikan semua gaya belajar.
• Gunakan metaphor serta alat bantu lainnya.
• Buatlah situasi belajar yang menyenangkan.
• Siapkan alat bantu pekerjaan termasuk kolaborasi dan pengalaman
peserta masa lalu yang berhasil.
• Berpikir secara menyeluruh (komprehensif).
|
SIAPKAN
PRAKTEK DAN REINFORCE- MENT (PENGUATAN)
|
• Baik untuk individu maupun kolaborasi.
• Biarkan adanya perbedaan dalam kecepatan belajar dan kebutuhan.
•
Alokasikan waktu untuk permainan dan ekspresikan/melaksanakan
percobaan.
|
BERIKAN TINDAK
LANJUT POST CLASS & DUKUNGAN
|
• Kelompok pemakai dan berita berkala
• Sistem informasi atau departemen “Staf ahli”.
• Kontak pribadi bila memungkinkan.
|
EVALUASI
|
• Evaluasi keberhasilan belajar.
• Evaluasi metode mengajar.
• Evaluasi kinerja peserta di tempat
kerjanya.
|
Berikut
ini adalah model-model dan strategi pembelajaran efektif yang dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran;
1. Model pembelajaran Langsung
Strategi
pembelajaran langsung/ ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang widyaiswara kepada
peserta diklat dengan maksud agar siswa menguasai materi secara verbal. Roy
Killen (1998) menamakan ini dengan istilah pembelajaran langsung.
Dengan
demikian, pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengantarkan pemahaman
pengetahuan baik deklaratif (konsep, prinsip, rumus, kaidah) maupun prosedural
(bagaimana melakukan sesuatu) kepada peserta diklat secara terstruktur dengan
setahap demi setahap (step by step), dengan widyaiswara langsung bertindak
sebagai model yang mendemons-trasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan
dikuasai peserta diklat. Menurut Bandura, ada 4 fase belajar dari model
pembelajaran langsung, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase produksi, dan
motivasi (Arends, 1997: 72). Dalam pengembangan model pembelajaran, teori
belajar sosial ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan
model pengajaran langsung.
2. Model pembelajaran Koperatif
(Cooperative Learning)
Model
pembelajaran dimana peserta diklat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pembelajaran.
Model
Pembelajaran Koperatif sangat efektif untuk mencapai hasil belajar akademik. Di
samping itu, Cooperative Learning juga efektif untuk mengembangkan keterampilan
sosial peserta diklat. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan koperatif telah dapat meningkatkan
penilaian pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
3. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi
inquiri untuk mengembangkan kemampuan peserta diklat untuk menemukan dan
merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar
hidup mandiri dalam masyarakatnya. Sasaran utama kegiatan pembelajaran pada
strategi ini ialah: Keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual
dan sosial emosional, Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada
tujuan pengajaran dan mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief)
pada diri peserta diklat tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Sesuai
dengan namanya model ini banyak berhubungan dengan peristiwa sejarah, tetapi
juga cocok untuk belajar geografi, dan ekonomi. Pemahaman terhadap nilai dan
situasi di mana suatu peristiwa terjadi cocok menggunakan model bermain peran
dan juga dapat diamati kesempurnaan berbahasanya sesuai program pengajaran
bahasa.
5. Model Problem Based Learning (PBL)
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses
dimana peserta diklat melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan
laporan akhir dan didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam model ini dapat dikembangkan
ke model Problem Based Instruction (PBI)
Daftar
Pustaka
- Munte, Bernawy, 2008. Strategi Pembelajaran Efektif, Pustaka Insan Madani,Yogyakarta.
- Malayu, H. Hasibuan S.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
- Nunu Jumena. (2000). Modul Program Latihan. Jakarta: Universitas Terbuka
- Stoner, James A.F. Freeman, R. Edward, Gilbert J.R, Daniel R. (1996). Manajemen. Jakarta: P.T. Prenhallindo.
- Permendiknas RI No 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Pembelajaran
- Wahab, Azis, 2009. Metode dan Model-model Mengajar, Alfabeta, Bandung.
No comments:
Post a Comment