Tuesday, April 14, 2020

MODEL PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN


Model Pembelajaran dalam Pelatihan
Oleh : Sobri 

Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi karyawan atau pegawai di suatu perusahaan atau organisasi. Hal itu dilakukan agar karyawan bekerja dengan lebih menguasai dan lebih baik dalam melakukan pekerjaanya untuk mengahadapi tantangan dan perkembangan zaman yang semakin pesat. Tentunya kondisi tersebut menyadarkan Setiap pimpinan suatu perusahaan atau organisasi bahwa pegawai atau karyawan perlu dikembangkan dan dilatih dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya sehingga mampu bersaing.
Menurut (H. Malayu, S.P. Hasibuan, 2000). Pelatihan setiap personil ini dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang sejenis atau organisasi. Setiap orang dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik. Hal ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun karier bagi para karyawan (baru atau lama) melalui latihan dan pendidikan .
Menurut Frank, P. Sherwood & Wallace, H. Best, dalam Nunu Jumena (2000), latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Dalam Jurnal atau modul dijelaskan tentang tujuan dari pendidikan dan pelatihan (PP No. 101 Tahun 2000), antara lain:
1.      Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.
2.      Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
3.     Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat.
4.      Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini mungkin kepribadian pegawai.
5.   Kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan dan pelatihan (diklat) tersebut, perlu dilakukan suatu perencanaan dan desain dari program pelatihan yang tepat dan efektif. Dalam Perencanaan dilakukan untuk menentukan kebutuhan latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana latihan, dan mendesain program pelatihan merupakan kegiatan awal dari persiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan/diklat yang sangat penting.

Model Pembelajaran
Menurut Permendiknas RI No 41 Tahun 2007 pergeseran paradigm proses pendidikan, yaitu dari paradigm pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Model Pembelajaran menurut Azis Wahab (2007) adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti apa yang diharapkan. Secara garis besar model mengajar adalah merupakan preskripsi strategi mengajar yang disiapkan untuk tujuan mengajar.
Model pengajaran memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan metode yang spesifik. Kedua konsep model pengajaran berfungsi sebagai alat komunikasi yang penting bagi guru. Joice dan Well, 1972; Joice, Well dan Calhoun, 2004 dalam bukunya Arends telah mengklasifikasikan berbagai pendekatan pengajaran menurut tujuan instruksionalnya, sintaksisnya, dan sifat lingkungan belajarnya,
Atribut sebuah model menurut Arends adalah adanya basis teoritis yang koheren atau sebuah sudut pandang tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana mereka belajar dan model merekomendasikan berbagai peri-laku mengajar dan struktur kelas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai tipe pembelajaran yang berbeda. Model pengajaran memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan metode yang spesifik.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaanya membutuhkan model pembelajaran yang tepat dalam modul disebutkan beberapa model pembelajaran dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan, yaitu :
1. Model Pusdiklat Depdiknas
2. Model Leonard Nadler (Critical Events).
3. Model Steppes Depdiknas.
4. Model ELC.
5. Model Pendekatan Pembelajaran Integratif.

Yang dapat saya jelaskan untuk model pembelajaran dalam pelatihan, yang pertama tentang model ELC. Model ini pada dasarnya adalah metode berlatih secara induktif, yaitu membangun konsep dari pengalaman-pengalaman empiris untuk mengembangkan teori dan prinsip-prinsip dari pengalaman. Metode ini menuntut partisipasi aktif peserta latihan. Model ELC mendasarkan diri kepada 3 hal yaitu:
1.    Active participating.
2.    Sharing responsibility.
3.    Need orientation.
       Yang kedua, Model Pembelajaran Integratif, Siklus pembelajaran integratif (MS. Lee Meng Foon, 1997)

ANALISIS KEBUTUHAN
       Pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang dibutuhkan peserta agar dapat meningkatkan kinerjanya, peningkatan kepuasan kerja dan mengoptimalkan sumbang tenaganya bagi
organisasi perusahaan.
TETAPKAN TUJUAN PENCAPAIAN KINERJA
       Kaitkan tujuan secara langsung dengan analisis kebutuhan.
       Kemampuan apa yang harus dimiliki peserta agar dapat melaksanakan tugasnya.
       Buatlah secara khusus, jelas dan tepat.
TENTUKAN KEUNTUNGAN/MANFAAT BAGI PESERTA
       Apakah manfaatnya baik secara pribadi maupun profesional bagi peserta dalam mencapai tujuan kinerjanya?
SIAPKAN PESERTA UNTUK BELAJAR
       Buatlah berbagai kemungkinan keterkaitan/ hubungan.
       Tekankan manfaat bagi peserta.
       Gunakan sugesti yang positif.
       Ciptakan percaya diri pada peserta dan pemikiran positif.
SIAPKAN PENGALAMAN BELAJAR YANG POSITIF
       Pre-review/perbanyak review. Perhatikan semua gaya belajar.
       Gunakan metaphor serta alat bantu lainnya.
       Buatlah situasi belajar yang menyenangkan.
       Siapkan alat bantu pekerjaan termasuk kolaborasi dan pengalaman peserta masa lalu yang berhasil.
       Berpikir secara menyeluruh (komprehensif).
SIAPKAN PRAKTEK DAN REINFORCE- MENT (PENGUATAN)
       Baik untuk individu maupun kolaborasi.
       Biarkan adanya perbedaan dalam kecepatan belajar dan kebutuhan.
       Alokasikan           waktu untuk                  permainan     dan ekspresikan/melaksanakan percobaan.
BERIKAN TINDAK
LANJUT POST CLASS & DUKUNGAN
       Kelompok pemakai dan berita berkala
       Sistem informasi atau departemen “Staf ahli”.
       Kontak pribadi bila memungkinkan.
EVALUASI
       Evaluasi keberhasilan belajar.
       Evaluasi metode mengajar.
       Evaluasi kinerja peserta di tempat kerjanya.


Berikut ini adalah model-model dan strategi pembelajaran efektif yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran;

1. Model pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung/ ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang widyaiswara kepada peserta diklat dengan maksud agar siswa menguasai materi secara verbal. Roy Killen (1998) menamakan ini dengan istilah pembelajaran langsung.
Dengan demikian, pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengantarkan pemahaman pengetahuan baik deklaratif (konsep, prinsip, rumus, kaidah) maupun prosedural (bagaimana melakukan sesuatu) kepada peserta diklat secara terstruktur dengan setahap demi setahap (step by step), dengan widyaiswara langsung bertindak sebagai model yang mendemons-trasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dikuasai peserta diklat. Menurut Bandura, ada 4 fase belajar dari model pembelajaran langsung, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase produksi, dan motivasi (Arends, 1997: 72). Dalam pengembangan model pembelajaran, teori belajar sosial ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pengajaran langsung.

2. Model pembelajaran Koperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran dimana peserta diklat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Model Pembelajaran Koperatif sangat efektif untuk mencapai hasil belajar akademik. Di samping itu, Cooperative Learning juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta diklat. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan koperatif telah dapat meningkatkan penilaian pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

3. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Strategi inquiri untuk mengembangkan kemampuan peserta diklat untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakatnya. Sasaran utama kegiatan pembelajaran pada strategi ini ialah: Keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional, Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran dan mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri peserta diklat tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

 4.  Model Role Playing (Bermain Peran)

Sesuai dengan namanya model ini banyak berhubungan dengan peristiwa sejarah, tetapi juga cocok untuk belajar geografi, dan ekonomi. Pemahaman terhadap nilai dan situasi di mana suatu peristiwa terjadi cocok menggunakan model bermain peran dan juga dapat diamati kesempurnaan berbahasanya sesuai program pengajaran bahasa.

5. Model Problem Based Learning (PBL)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta diklat melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir dan didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam model ini dapat dikembangkan ke model Problem Based Instruction (PBI)


Daftar Pustaka
  1. Munte, Bernawy, 2008. Strategi Pembelajaran Efektif, Pustaka Insan Madani,Yogyakarta.
  2. Malayu, H. Hasibuan S.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
  3. Nunu Jumena. (2000). Modul Program Latihan. Jakarta: Universitas Terbuka
  4. Stoner, James A.F. Freeman, R. Edward, Gilbert J.R, Daniel R. (1996). Manajemen. Jakarta: P.T. Prenhallindo.
  5. Permendiknas RI No 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Pembelajaran
  6. Wahab, Azis, 2009. Metode dan Model-model Mengajar, Alfabeta, Bandung.










No comments:

Post a Comment