Wednesday, April 29, 2020

4 VISI PEMBELAJARAN DAN 4 PILAR PENDIDIKAN


Laptop, Kantor, Tangan, Menulis, Bisnis

Semua   pihak   mutlak   setuju   bahwa pendidikan   sangat   penting   bagi   ikhtiar membangun manusia berkualitas, yang ditandai dengan  peningkatan  kecerdasan,   pengetahuan, dan keterampilan.   Pendidikan   juga   merupakan wahana   strategis   bagi   usaha   meningkatkan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan semakin   membaiknya   derajat   kesejahteraan, menurunnya   kemiskinan,   dan   terbukanya berbagai   pilihan   dan   kesempatan mengembangkan diri di masa  depan. Dengan demikian, secara umum pendidikan mempunyai peranan   yang   amat   sentral   dalam   mendorong individu   dan   masyarakat   untuk   mencapai kemajuan pada semua aspek kehidupannya.

        Dalam menghadapi tantangan di masa depan, empat visi pembelajaran diajukan oleh komisi internasional untuk pendidikan abad ke-21 yang diajukan oleh Jacques Delor pada tahun 1996 yaitu: pengetahuan, pemahaman, kompetensi untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak.
Pendidikan pada  tataran   ini   dipahami sebagai sesuatu yang sangat fundamental atau asasi   dalam  kehidupan   manusia.  Atau,   dapat disebutkan   bahwa   di   mana   ada   kehidupan manusia,  di situ  pula  pendidikan berposisi  dan diposisikan.   Pendidikan   dengan   demikian dirancang   oleh   dan   untuk   manusia   dalam kerangka   “humanisasi”.   “Pemanusiaan   manusia”. Proses humanisasi   tercipta   berkat   kontribusi pendidikan,   sebab   bukankah   kukuhnya bangunan   kemanusiaan   dalam   sejarah peradaban   manusia   itu   akibat   kuat   dan mengakarnya pendidikan yang telah dibuktikan berabad-abad lamanya. Pendidikan   sebagaimana   telah disebutkan   yakni   sebagai   suatu   proses memanusiakan  manusia,   dalam  penjabarannya terkait   erat   dengan   istilah   pembelajaran.   Dan istilah   pembelajaran   akan   merujuk   pada aktivitas  sekolah   sebagai  kelembagaan   formal pendidikan.   Sehingga   upaya   memperbaiki sistem   pendidikan yang   meliputi   perubahan paradigma   dan   visi akan   berhubungan langsung   dengan  masalah  pembelajaran   yang dilaksanakan di sekolah.
Orientasi  yang  selayaknya   dikembangkan kaitannya dengan paradigma pembelajaran baru di sekolah tersebut adalah pertama,  paradigma learning  (belajar).  Orientasi  pembelajaran  di sekolah saat   ini   yang  lebih  menekankan   pada teaching  (pengajaran)   tidak   relevan   lagi diterapkan.   Sehingga,   memang   sudah   saatnya dilakukan   reorientasi   visi   pembelajaran   atau transformasi   pendidikan   dari  teaching  ke learning.
Dengan   perubahan   ini   proses pendidikan  menjadi “proses  bagaimana belajar bersama   antara   guru   dan   anak   didik”.   Guru dalam  konteks ini  juga termasuk  dalam proses belajar.   Sehingga   lingkungan   sekolah, meminjam   istilahnya   Ivan   Illich,   menjadi learning   society  (masyarakat   belajar).  Dalam paradigma  ini,   peserta   didik tidak lagi  disebut pupil (siswa), tapi learner  (yang belajar). Paradigma  learning  juga jelas terlihat dalam empat visi pendidikan  menuju   abad   21 versi UNESCO. Keempat visi pendidikan versi UNESCO  ini   sangat   jelas  berdasarkan   pada paradigma  learning,    tidak lagi pada  teaching.
Pertama, learning to think (belajar berpikir). Ini berarti   pendidikan   berorientasi   pada pengetahuan  logis   rasional   sehingga  learner  berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta   memiliki   semangat   membaca   tinggi.
Kedua,  learning   to  do  (belajar berbuat/hidup). Aspek yang ingin dicapai dalam visi ini adalah keterampilan   seorang   anak   didik   dalam menyelesaikan   problem   keseharian.  Dengan kata   lain  pendidikan  diarahkan   pada  how  to solve  the   problem.  
Ketiga,  learning   to   live  together  (belajar   hidup   bersama).   Di   sini pendidikan   diarahkan   pada   pembentukan seorang  anak  didik   yang  berkesadaran   bahwa kita   ini   hidup   dalam   sebuah   dunia   global bersama  banyak  manusia dari  berbagai bahasa dengan   latar   belakang   etnik,   agama   dan budaya.  Di  sinilah   pendidikan   akan nilai-nilai semisal   perdamaian,   penghormatan   HAM, pelestarian   lingkungan   hidup,   toleransi, menjadi aspek utama yang mesti terinternalisasi dalam kesadaran seorang learner (pembelajar).
Keempat,  learning to  be  (belajar  menjadi diri sendiri).   Visi   terakhir   ini   menjadi   sangat penting mengingat  masyarakat modern saat ini tengah dilanda suatu krisis kepribadian.  Orang sekarang   biasanya   lebih  melihat   diri   sebagai what  you  have, what  you wear,  what  you eat,  what you   drive,  dan  lain-lain.  Karena  itu,   visi pendidikan   hendaknya   diorientasikan   pada bagaimana   seorang   anak   didik   di   masa depannya bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang   mandiri,  memiliki harga diri dan tidak sekadar memiliki having. Karena menurut Fromm, bahwa hakikat  manusia  sesungguhnya adalah being.

Referensi :

  1. Driyarkara.   1980.  Tentang   Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.D
  2. elors. 1996. Learning the treasure within. Reports to UNESCO of international Commission on Education for the Twenty-firts Century.E
  3. rich  Fromm,  1987. Memiliki dan  Menjadi. Jakarta: LP3ESI
  4. llich, Ivan. 2000.  Bebaskan  Masyarakat   dari  Belenggu   Sekolah.  Jakarta:   Yayasan Obor Indonesia.
  5. Madjid,   Nurcholis.  2000.   “Pendidikan, Langkah   Strategis   Mempersiapkan SDM  Berkualitas”  dalam  Indra  Djati Sidi.   2001.  Menuju   Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina



No comments:

Post a Comment